Wednesday, September 14, 2011

CATPER GN.CIKURAY (2813 MDPL)

Pagi itu di Buana Khatulistiwa (Beka) telah ramai dipenuhi anak-anak GMC UI yang sedang melakukan persiapan akhir perjalanan. Ya, hari itu kami para GMCers akan melakukan perjalanan menuju gunung Cikuray di Garut. Perjalanan kali ini diikuti oleh 14 orang yang terdiri atas saya (Hasan), Dewa, Cipta, Angga, Arga, Aazis, Harry, Wulan, Ali, Asti, Sandi, ka Croty, ka Iyus dan Om Sapta.

Kamis, 3 Feb 2011

Pukul 06.15 kami mulai meninggalkan basecamp Buana Khatulitiwa. Selanjutnya perjalanan menuju terminal kp. Rambutan dengan menggunakan mikrolet 19 warna merah jurusan Depok-Rambutan dengan tarif Rp.4.000,-. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menaiki bus tujuan Garut dengan tarif Rp.35.000,-. Tepat pukul 13.00 bus tiba di terminal garut. Tim memutuskan untuk Istirahat hingga pukul 14.00. Ternyata terdapat masalah transportasi sehingga kami baru berangkat ke Cilawu setengah jam kemudian. Kami ke Cilawu dengan menggunakan angkot carteran dengan tarif Rp.6.500,-/orang. Sekadar informasi, setidaknya terdapat empat rute pendakian menuju gunung Cikuray yakni rute Cilawu (Dayeuhmanggung), rute Cikajang, rute Cihuru-Cigedug (Bayongbong), dan rute Pamalayan. Kami memilih rute Cilawu karena rute ini merupakan rute pendakian yang biasa dilalui oleh para pendaki.

Cilawu-Stasiun relay-Pos1-Pos2-Pos3-Puncak
Tim tiba di pertigaan Dayeuhmanggung pukul 15.30. Dikarenakan hujan, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke stasiun relay tv. Hari itu kami bermalam di masjid pangkalan ojek setelah mendapatkan izin tentunya. Sebenarnya malam itu --menurut manajemen perjalanan yang telah kami buat-- kami seharusnya tidak masak untuk makan malam. Tetapi karena persediaan uang menipis, kami memutuskan untuk memasak walaupun seadanya. Malam itu kami makan nasi dengan martabak mie dan kerupuk sebagai lauknya. Kami juga diberikan makanan dan minuman ringan oleh pak haji pengurus masjid setempat. Warga disanapun sangat ramah dan welcome dengan kedatangan kami. Malam itu kami juga mengadakan briefing membicarakan alternatif planning untuk esok dan hari berikutnya.

Jum’at, 4 feb 2011
Pukul 03.30 beberapa dari kami bangun untuk memasak. Pagi itu menu kami cukup berbobot yakni nasi, ayam goreng, dan sayur tumis. Setelah packing dan beberes, kami langsung menyambangi tukang ojek yang memang telah dipesan sebelumnya. Pukul 06.50 satu persatu motor ojek mulai berjalan. Jalur yang dilewati cukup menanjak dan licin sehingga beberapa motor ojek mengalami kesulitan. Waktu tempuh pun jadi diluar perkiraan. Tarif yang berlaku untuk ojek ini Rp.30.000,-.

Kabut Tebal
Tim memulai tracking menuju pos1 pukul 08.15. Estimasi waktu mencapai pos1 adalah tiga jam. Kondisi saat itu berkabut tebal. Jarak pandang hanya berkisar 10 meter. Tidak ada pemandangan berarti yang dapat kami lihat. Yang saya tahu, saat itu kami sedang melalui perkebunan teh dayeuh manggung. Baru lima belas menit kami berjalan, beberapa anggota tim sudah mulai kelelahan. Tebalnya kabut dan rasa kaget akan medan yang dilalui nampaknya penyebab rasa lelah kami. Kami bahkan sempat salah arah meninggalkan jalur treking. Beruntung ada segerombolan pemetik teh yang memberitahukan bahwa kami telah meninggalkan jalur treking. Ketika kami telah kembali ke jalur treking (batas hutan), saya ditunjuk untuk menjadi leader. Tidak terlalu sulit memang karena jalur pendakian hanya di satu punggungan. Namun curamnya medan membuat langkah kami semakin melambat. Saat itu kabut tebal sudah mulai menghilang.

Medan yang Terjal, Lembab, Khas Gunung Jawa Barat
Pukul 10.00 beberapa dari kami telah mencapai pos1. Pos1 ini menjadi titik kontrol pertama keutuhan jumlah tim kami. Pos1 berada di ketinggian 2037 m dpl, dan berada pada posisi 7° 19' 15" LS, 107° 52' 46" BT. Di area ini setidaknya bisa memuat dua tenda. Pukul 10.30 kami melanjutkan perjalanan menuju pos2. Jalur pendakian semakin menanjak terjal, hutan semakin rapat. Kami semakin banyak menghabiskan air. Beberapa dari kami mensiasati dengan memakan permen ataupun coklat.

Pukul 11.30 tim tiba di pos2. Tempat yang cukup datar berada pada ketinggian 2271 m dpl, dengan koordinat 7° 19' 15" LS dan 107° 52' 46" BT. Cukup untuk memuat 2 tenda. Di pos ini kami bertemu dengan pendaki lain dari Unikom Bandung yang sedang istirahat untuk turun. Di pos ini kami makan siang dengan roti burger yang memang sudah disiapkan sejak pagi. Walaupun kurang mengenyangkan, namun cukup untuk mengganjal perut yang lapar. Pukul 12.15 kami kembali melanjutkan perjalanan ke pos3. Jalur yang terjal (kemiringan lereng sekitar 30° atau 65%) membuat kami kewalahan. Tak jarang lutut berada didepan wajah karena saking terjalnya. Baru berjalan beberapa langkah saja nafas langsung memburu, lutut gemetar, dan beban seakan bertambah berat. Di saat seperti itu yang dapat kami lakukan ialah menyemangati satu sama lain.

Camp di Pos3
Akhirnya kami tiba di pos3. Tempat yang cukup datar, luas, dan terbuka yang bisa memuat 4-5 tenda. Berada pada ketinggian 2539 m dpl dengan koordinat 7° 19' 32" LS dan 107° 51' 98" BT. Pos3 ini biasa disebut juga puncak bayangan. Khawatir akan turun hujan tim memutuskan untuk ngecamp disini. Langsung saja kami mendirikan tenda di pos3 ini. Benar saja, belum selesai pendirian tenda hujan mulai turun. Kami pun mempercepat pendirian dan pembongkaran barang-barang. Beberapa lainnya membuat teduhan dengan flysheet.
Hujan tak kunjung reda membuat kami tak bisa melakukan apa-apa. Semuanya berada di dalam tenda. Total tiga tenda yang berdiri sebagai shelter bagi kami. Saya, Harry, om Sapta, ka Iyus, ka Croty ditenda l*fuma. Arga, Ali, Aazis, Angga ditenda col*man. Sisanya di tenda col*man milik dewa.

Badai
Hari mulai gelap, namun hujan belum juga berhenti. Malah semakin lebat dan disertai angin kencang. Posisi kami yang berada di areal terbuka nampaknya tidak menguntungkan. Angin terus datang menyambar kami. Gemuruh suaranya seakan ingin merobohkan tenda-tenda kami. Suhu malam itu pun semakin dingin, termometer mencatat saat itu suhu mencapai 10°C. Malam itu kami hanya makan seadanya yakni dengan sosis dan nugget. Hujan angin membuat kami tidak dapat melakukan aktifitas. Hanya menghangatkan diri dan sedikit bersendagurau yang dapat kami lakukan untuk mengusir kedinginan dan kecemasan.
Hari semakin larut, sedang badai belum kunjung reda. Saya dan Harry sibuk menahan frame tenda agar tidak patah. Kondisi tenda lainnya pun tak jauh beda. Malam itu kami tidur dengan kecemasan, membayangkan esok pagi bangun sudah tanpa tenda.hahaha

Sabtu, 5 feb 2011

Pagi pukul 06.00 kami bangun. Hujan memang sudah hilang, tapi angin masih tetap kencang. Beruntung hingga pagi ini tenda-tenda kami masih tetap kokoh berdiri. Rencananya pagi ini kami akan melanjutkan ke puncak Cikuray. Namun kami menunggu hingga kabut mereda.

Kepuasan di Puncak Cikuray
Setelah mempersiapkan segala keperluan, kami langsung bergegas menuju puncak. Kali ini tim kami minus ka Croty dan ka Iyus yang memang mengalami cidera. Kondisi jalur kali ini lebih curam dari sebelumnya. Udara pun sangat terasa lembab. Kami kepuncak tidak sendiri, ada serombongan pendaki lain yang ikut bersama kami.
Kami makin bersemangat ketika mendekati puncak, ditambah lagi terlihat sekumpulan edelweis di sebelah kiri jalur. Hingga akhirnya tibalah kami di puncak cikuray. Areal datar yang cukup luas dan terdapat bangunan di tengahnya. Angin kencang berhembus disertai kabut tebal menyambut kami.
Total dua jam menuju puncak dari pos3. Seperti kebiasaan sebelumnya, saya dan beberapa teman lainnya langsung membuka baju sebagai ungkapan kepuasan mencapai puncak. Saya juga sempat naik keatas bangunan yang berada disana. Ggrrggrgrgr....dingin sekali rasanya.
Setelah cukup puas dan telah melakukan dokumentasi secukupnya, kami kembali turun ke pos3. Makanan telah disiapkan oleh ka Iyus dan ka Croty. Sehabis muncak langsung makan enak, mantab. Selanjutnya packing dan beres-beres perjalanan turun. Kami turun melalui jalur yang sama.

Hasan Nur Aminudin
G 0909 UI

No comments:

Post a Comment