Wednesday, February 15, 2012

TRIP KE P. SEMAK DAUN

Semak Daun (kiri atas), Panggang, Karya, dan Pramuka
Tgl 8-10 februari kemarin saya bersama beberapa rekan mengadakan perjalanan ke Kep. Seribu khususnya ke P. Semak Daun. Tujuannya adalah untuk sekadar meliburkan diri dari segala aktifitas perkuliahan yang cukup menyita banyak pikiran dan tenaga. Dimulai dengan mencari berbagai informasi mengenai tempat tujuan, perincian biaya, kondisi cuaca, serta meracuni teman-teman agar mau ikut, akhirnya diputuskanlah trip dua malam ke Semak Daun dengan bergaya backpaker yang ‘murmer’ alias murah meriah. 
Pulau Semak  Daun

Rabu, 8 Februari 2012
Pagi Di Pelabuhan
Setelah memastikan kondisi cuaca yang cukup baik, dengan langkah yakin kami berdelapan (Saya, Sri, Arga, Wulan, Dika, CEM, Faris, dan Denis) sudah berada di Pasar Ikan Muara Angke pukul 06.00. Kami juga menyempatkan membeli sayuran dan keperluan logistik lainnya di pasar Muara Angke. Sesampainya di pelabuhan, ada banyak kapal yang sudah siap mengantarkan penumpang maupun barang menuju pulau-pulau di utara Jakarta. Kami naik kapal Mariska yang tujuannya adalah pulau pramuka yang akan menjadi tempat transit kami nanti.

Pukul 07.15 kapal Mariska mulai beranjak dari tempat parkirnya. Nampaknya kawan-kawan saya hanya sanggup terjaga di setengah jam pertama. Selebihnya perjalanan diisi dengan tidur-tiduran di kapal. 

Di Kapal
Setelah dua jam, dua pulau besar sudah terlihat dikejauhan. Itu adalah pulau Pramuka dan pulau Panggang. Dua pulau ini memang merupakan pulau yang cukup besar dan cukup berkembang di Kep. Seribu. Pulau Pramuka sebagai pusat pemerintahan Kab. Kep. Seribu, sedangkan pulau Panggang sebagai pusat permukiman di Kep. Seribu. 

Tiba di Pramuka
Pukul 10.00 kapal merapat di dermaga pulau Pramuka. Kami langsung menghampiri tukang ojek kapal untuk nego kapal menuju P. Semak Daun. Setelah tawar menawar harga yang cukup alot, didapatlah angka sebesar Rp.150.000,- untuk antar jemput ke Semak Daun. 

Ojek kapal sudah oke, selanjutnya tinggal menyewa peralatan Snorkelling dan sewa galon beserta airnya untuk dua malam di Semak Daun. Saya dan CEM mencari penyewaan air galon, lainnya menuju ke tempat persewaan Snorkelling. Ternyata air galon cuma ada malam hari karena listrik juga cuma menyala di malam hari. Akhirnya kami minta tolong Pak Bob si tukang kapal yang telah sepakat dengan kami tadi untuk meminjamkan galonnya sekaligus minta air tawarnya juga (air hujan). 
Kapal ojek menuju Semak Daun
Kemudian kapal terlebih dahulu menuju pulau Panggang (rumah Pak Bob) untuk mengambil galon beserta airnya. Tapi ternyata galonnya sedang tidak ada karena sedang dipinjam. Walhasil kamipun menggunakan jerigen yang berukuran 30L. Setelah itu kami melanjutkan menuju P. Semak Daun. Dari pulau Pramuka ke Semak Daun dapat ditempuh dalam waktu setengah jam. Pulau Semak Daun Sendiri merupakan sebuah pulau yang berukuran cukup kecil (seukuran lapangan bola) yang belum mempunyai kehidupan. Tidak ada listrik, air tawar, apalagi rumah makan. Penghuninya hanyalah seorang bapak tua yang bernama Amsori atau yang biasa dipelesetkan menjadi bapak Im sorry. Untuk bermalam di pulau ini, dikenakan biaya Rp.10.000,-/orangnya.
Leyeh-leyeh di pulau
Harmoni Alam
Sumur air asin dan kamar mandi
Sisa hari pertama di Semak Daun kami habiskan untuk habituasi/penyesuaian diri dalam bersnorkelling di sekitar pulau. Malamnya, kami menikmati indahnya bulan purnama di atas dermaga. Cukup apik dan menenangkan jiwa, tapi sayang gambar terang bulan tidak terambil karena menghemat baterai kamera. Kami kira besoknya masih bisa dilihat, tapi ternyata besoknya malah mendung.hahahaa 
Sun Set
Kamis, 9 Februari 2012
Hari kedua di Semak Daun kami habiskan untuk bersnorkelling ria di spot snorkelling sekitar pulau Panggang dan pulau Air. Viewnya cukup bagus. Hanya sayang kondisi laut saat itu sedang sedikit keruh dan sedikit bergelombang. Padahal jika musim teduh (sekitar bulan maret-juni) airnya sangat tenang dan organismenya semakin banyak. Semakin sore gelombangnya makin tinggi dan perjalanan kembali ke Semak Daun pun seperti menaiki wahana kora-kora. Mangstrab ,.. 
Perapian
Oiya. Untuk ke spot snorkelling hari kedua ini kami sewa kapal yang kebetulan merapat ke Semak Daun mengantarkan pengunjung lain. Biayanya Rp.80.000,- untuk dua spot snorkelling dengan durasi sekitar tiga jam.
Main Voli pantai
berSnorkelling ria
Jum'at, 10 Februari 2012
Hari ketiga kami meninggalkan Semak Daun pukul 06.15 dan tiba di Pramuka setengah jam kemudian. Rencananya kami akan bersih-bersih dan muter-muter di pulau Pramuka dahulu sebelum naik kapal ke Muara Angke yang setelah sholat jum’at. Tapi ternyata frame tenda ketinggalan di Semak Daun dan itu baru kami ketahui ketika azan berkumandang (kualat sama babeh Im sorry sepertinya.hehehe). Akhirnya Saya dan Arga balik lagi ke Semak Daun setelah sholat jum’at dengan sewa kapal Rp.100.000,-. Beruntung kapal Mandala tujuan Muara Angke mau menunggu kami berdua. Mandala berangkat pukul 14.00 dan akhirnya kami pun tiba kembali di daratan Jakarta.


Sunday, February 5, 2012

PERJALANAN HATI, MAHAMERU 3676 MDPL PART2

Sambungan Perjalanan Hati ... part1
Minggu, 16 Oktober 2011
Pos1 Waturejeng
Pukul 04.00 kami bangun. Dua orang memasak sarapan, lainnya beres-beres packing segala perlengkapan. Pukul 05.30 kami sudah siap untuk berangkat. Matahari sudah cukup terang, namun udara pagi di luar pondok masih cukup dingin. Awal trekking dilakukan cukup semangat. Jalan mulai menanjak ketika jalur berubah menjadi kon blok. Setelah itu kembali melipir panjang hingga akhirnya tiba di Pos1 (Waturejeng). Satu jam waktu tempuh kami dari Ranu Pane. Cukup cepat saya kira. Kemudian lanjut melipir masih pada sisi timur bukit. Cuaca hari itu cukup cerah dan memudahkan kami dalam mempercepat langkah kaki. Pos1, Pos2, dan Pos3 terlewati. Kondisi pos hampir serupa yakni bangunan permanen dengan atap di sisi jalur. Kondisi jalur pun masih serupa dengan dominasi perdu dan beberapa longsoran di beberapa titik. 

Ranu Kumbolo 2400 m dpl

Trek Menuju RaKum
Setelah Pos3 jalur mulai menanjak tajam, kemudian di susul oleh trek menurun yang membuat kaki melangkah cepat dengan sendirinya. Selanjutnya terbentanglah pemandangan indah ciptaan yang maha pencipta. Sebuah bak besar berukuran dua kali lapangan bola menyambut kami. Ya, Ranu Kumbolo memancarkan pesonanya. Warna airnya terlihat hijau efek polarisasi cahaya. Terdengar pula bunyi kretekretek suara vegetasi terbakar. Saat itu memang sedang terjadi kebakaran hutan di TNBTS. Api mengelilingi danau dengan asap putih tebal membumbung. Beruntung tidak ada api di sepanjang jalur saat itu.
Setelah mengambil sedikit gambar, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju tepian Ranu Kumbolo. Jarak mata yang tadi terlihat dekat ternyata jauh juga. Kami harus mengelilingi danau dengan naik turun bukit untuk sampai di shelter Ranu Kumbolo. Sebetulnya ada satu pos lagi sebelum tiba di Ranu Kumbolo. Tapi saat itu kondisi Pos4 sudah rusak akibat terjangan angin tampaknya.
Kepulan Asap disekeliling RaKum
Tiba di tepi danau kami segera membuat teduhan dengan flysheet. Pukul 09.00 saat itu. Rencanannya kami akan istirahat hingga tengah hari nanti sebelum melanjutkan ke Kalimati. Bersantai ria sambil memasak dan menikmati suasana Ranu Kumbolo adalah kegiatan yang kami lakukan saat itu.

Indahnya...
Pasang Flysheet di Tepi RaKum



Tidur di Tepi RaKum. Adem Bener..,
Pukul 12.00 kami mulai beranjak dari Ranu Kumbolo. Its time to step foot on Tanjakan Cinta. Mitos yang beredar nampaknya mempengaruhi gaya jalan kami. Barangsiapa yang melewati Tanjakan Cinta dengan memikirkan seseorang yang dicintainya tanpa berhenti dan menoleh ke belakang, maka cintanya akan terlaksana. Paling tidak begitu kira-kira bunyi mitos yang banyak berkembang. Sekejap suasana pun menjadi hening. Tak ada tolehan kebelakang, tak ada gurau canda tawa yang biasa kami lakukan. Tiap dari kami sibuk dengan urusannya masing-masing. Urusan yang berkaitan dengan cinta tentunya.hahaha
Tanjakan Cinta

Oro-Oro Ombo dan Cemoro Kandang habis terbakar 

Hosh hoshh.. huufh..,   
Capek juga melewati Tanjakan Cinta. Lerengnya sekitar 65 % saya kira. Kami beristirahat sejenak dipenghujung tanjakan. Di depan kami terlihat Lembah besar yang habis terbakar. Sepertinya baru saja, mungkin kemarin atau hari sebelumnya api menyapu alang-alang lembah ini. Terlihat api sudah bergerak ke timur menuju sisi timur gn.Kelopo. Begitu juga dengan Cemoro Kandang yang kondisinya tidak jauh berbeda. Asap karbon memaksa kami menggunakan masker, itupun masih terasa sesak di paru-paru. Efeknya kepala menjadi pusing dan cepat capek. Padahal tanjakan di Cemoro Kandang hanyalah tanjakan yang biasa-biasa saja. Sekeliling terlihat hitam dan bau gosong menyengat hidung. Hanya jalur pendakian yang terlihat tidak menghitam. 
Akhir Tanjakan Cinta. Tampak depan Oro-oro Ombo
Cemoro Kandang Habis Terbakar
Jambangan

Foto Bersama Bule
Asap dan medan yang hangus mulai menghilang dan kami pun tiba di Jambangan. Dari Jambangan terlihat Mahameru tegap berdiri dengan gagahnya. Masih sangat tinggi dari tempat kami berdiri saat itu. Garis sempit terlihat membelah lereng Semeru sampai ke puncaknya. Itu adalah jalur pendakian, terlihat mencolok dengan pasir disekitarnya. Di Jambangan ini kami beristirahat cukup lama sambil menyeruput teh manis hangat. Kami juga berpapasan dengan rombongan bule yang juga hendak menaklukan Mahameru. Kami sempat menyapa dan terlibat obrolan kecil dengan mereka. Mereka adalah bule Prancis yang sedang berwisata. Berbeda dengan kami yang akan camp di Kalimati, bule-bule ini  bilang akan mendirikan Camp di Arcopodo. Mereka di temani seorang guide dan beberapa orang porter lokal disana.  

Kalimati 2900 m dpl

Kalimati 2900 m dpl
Setelah Alun-alun Jambangan jalur kembali menurun. Di beberapa titik masih terlihat tanda-tanda bekas terbakar. Sekumpulan edelweis menyambut kami di Kalimati. Pukul  15.30 saat itu. Kalimati ini mirip dengan Alun-alun Suryakencana yang ada di gn.Gede. Celah yang cukup lebar yang diapit Mahameru dan gn.Kelopo. Kami mendirikan tenda tidak terlalu jauh dari jalur menuju Sumber Mani agar mudah jika ingin mengambil air. Suasana Kalimati saat itu sangat sepi. Tidak ada pendaki lain selain kami. Sehabis makan kami langsung tidur karena malam nanti harus bangun untuk persiapan Summit Attack.

Sekitar Pukul 09.00 kami dikejutkan oleh suara beberapa orang membangunkan kami. Nampaknya mereka adalah pendaki yang bersama kami di rumah Pak Laman di Tumpang. Mereka minta diantarkan ke Sumber Mani karena tidak tahu jalan kesana. Ada-ada saja saya pikir, malas juga malam dingin begitu harus turun ke lembah mengambil air. Akhirnya kami berikan saja 3L air yang kami miliki untuk mereka daripada harus ke Sumber Mani. 

Bersambung ke part3...

Saturday, February 4, 2012

PSEG 2011, Gadog, Bogor


Liburan semester ganjil tiba, dan seperti biasa acara Pra Studi Ekskursi Geografi (PSEG) kembali digelar. Tahun ini yang menjadi peserta ialah Mahasiswa Geografi Angkatan 2011 dengan panitia Mahasiswa Geografi Angkatan 2010. Lokasinya bertempat di salah satu lereng Gn.Pangrango di daerah Gadog, Bogor.
PSEG kali ini cukup berbeda dengan PSEG tahun-tahun sebelumnya dimana terdapat keunikan pada tempat pelaksanaannya. PSEG yang biasanya dilakukan di tempat yang cukup jauh dari peradaban kini mendekati wilayah berperadaban. Kegiatan yang berlokasi di ketinggian 930 mdpl tersebut berlangsung di area camping ground dengan fasilitas kamar mandi yang cukup banyak dan baik kondisinya. Selain itu tempat yang cukup luas dan datar dengan view pemandangan yang cukup bagus menjadikan tempat ini memang cukup cocok dengan acara camping besar macam PSEG.

Base camp area PSEG 2011
Diantara objek sekitar area yang cukup menarik adalah kuburan jerman. Kuburan tersebut merupakan makam para tentara jerman yang tewas dalam peperangan masa kolonial. Paling tidak itu yang diceritakan pada tugu yang tertulis disana. Saya juga tidak tahu pasti mengapa  sampai ada tentara jerman disana, tetapi yang saya tahu dahulu jerman sempat membantu jepang di indonesia yang merupakan kawannya saat perang melawan sekutu. Bentuk dari kuburan tersebut beciri khas salib besar yang begitu mencolok dengan warna putih yang berderet rapi. 

Situs Kuburan Jerman

Yang pasti PSEG 2011 telah selesai dan sudah melantik mahasiswa 2011 sebagai keluarga besar Geografi UI. Terimakasih kepada panitia yang sudah bekerja semaksimal mungkin, terimakasih kawan-kawan senior dan alumni yang sudah menyempatkan datang, dan selamat datang mahasiswa baru angkatan 2011. We Are Big Family of Geography UI